Carok Tak Asal Bacok, Ada Syarat Penting yang Wajib Dipenuhi Pelakunya
Kalau mendengar kata carok, pikiran kita pasti langsung tertuju kepada Madura. Tradisi mencekam ini memang tersebut sudah menjadi ciri khas dari pulau garam. Carok sendiri adalah duel sampai mati yang dilakukan oleh dua pria dengan menggunakan senjata celurit. Biasanya, carok adalah cara terakhir yang dilakukan oleh masyarakat Madura untuk menyelesaikan masalah yang tak kunjung selesai.
Akan tetapi, dalam budaya Madura yang sebenarnya, seseorang yang melakukan carok tidak asal tebas. Ada peraturan dan syarat-sayat sebelum seseorang memutuskan carok untuk menyelesaikan masalah. Apa saja peraturan dan syarat-syarat yang membuat carok itu ‘legal’? Berikut ini ulasannya.
Pembuat Masalah Diberi Peringatan
Masyarakat Madura dikenal sebagai suku yang memiliki harga diri tinggi. Bagi orang Madura, harga diri seharga dengan nyawa. Meskipun begitu, orang Madura merupakan suku yang rendah hati dan pemaaf. Hal itu tercermin dari syarat sebelum memutuskan carok.
Sebelum memutuskan carok, orang yang merasa harga dirinya dilukai datang ke rumah si pembuat masalah untuk memberi peringatan dengan baik-baik dan kekeluargaan untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi. Apabila mengulanginya lagi, dia akan diperingati lagi untuk yang terakhir kalinya, dan tetap secara baik-baik. Namun bila sudah melakukan hal yang sama tiga kali, orang yang merasa harga dirinya diinjak-injak tersebut akan datang ke rumah si pembuat masalah dengan membawa celurit. Dia akan berkata dengan sopan dan meminta kapan ditentukannya waktu carok. Saat itu, si pembuat masalah tidak bisa menolak atau minta maaf lagi. Dia harus carok
Mandi Besar Sebelum Carok
Orang-orang Madura adalah masyarakat yang mayoritas memeluk agama Islam. Dalam agama Islam, orang yang mati harus dimandikan atau disucikan. Hal ini kemudian diaplikasikan ke dalam budaya carok. Ya, syarat sebelum seseorang melakukan carok adalah dia harus mandi besar terlebih dahulu.
Mandi besar yang dilakukan oleh seseorang yang akan carok menandakan bahwa dirinya siap mati. Mandi besar tersebut dilakukan beberapa saat sebelum mereka berangkat ke tempat carok yang sudah ditentukan.
Dilakukan di Tempat Terpencil dan Jauh dari Pemukiman
Peraturan selanjutnya tentang carok adalah aktivitas tersebut harus dilakukan di tempat yang jauh dari pemukiman dan sepi. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada seorang pun yang menyaksikan duel mengerikan tersebut, apalagi membantu salah satu kubu. Yang terdapat di tempat tersebut hanyalah dua laki-laki yang siap mati.
Meskipun begitu, takkan ada yang mengganggu mereka. Sebagai masyarakat Madura, mereka memahami kalau dua laki-laki yang akan melakukan carok tersebut adalah cara terakhir menyelesaikan masalahnya. Mereka akan ‘memaklumi’ kalau si pembuat masalah sudah diperingatkan hingga dua kali namun tetap saja mengulangi kesalahannya.
Celurit yang Kalah di Bawa Pulang ke Rumahnya
Sebab tak ada ‘penonton’ yang menyaksikan duel sampai mati tersebut, keluarga di rumah hanya bisa berdoa. Mereka hanya menunggu kabar di rumah. Kalau keluarganya pulang dengan selamat, artinya dia telah memenangkan carok. Namun apabila yang pulang hanyalah celuritnya saja, artinya keluarganya telah kalah dari carok.
Si pemenang carok harus membawa pulang celurit yang digunakan lawannya ke rumah keluarganyanya. Hal itu dilakukan untuk menghormati lawannya, selain memberitahukan kalau keluarganya telah kalah carok. Saat itu dia akan memberitahukan di mana jasad keluarganya berada.
Yang namanya tradisi tetap memiliki ‘aturan’. Begitupun dengan carok. Carok yang benar adalah carok yang mengikuti aturan dan syarat-syarat. Hal itu menunjukkan, bahkan dalam pertarungan sampai mati orang Madura tetap menghormati orang lain. Terlepas dari ini, bagaimana menurutmu? Apakah carok memang harus tetap dilakukan?
No comments :