5 Kisah Anak-Anak yang Harus Berjuang Mencari Rejeki untuk Keluarga
Mencari nafkah atau mencukupi kebutuhan hidup sebuah keluarga lumrahnya dilakukan oleh kepala keluarga atau orang tua. Namun bagaimana jika kondisi orang tua dalam keluarga tidak memungkinkan untuk melakukan hal itu? Biasanya sang anak lah yang akan turun tangan membantu mengambil alih peran ini. Hal seperti ini sekarang tentunya sudah banyak kita temukan di lingkungan masyarakat.
Anak-anak yang harusnya menggunakan waktu sehari-harinya untuk bermain seusai belajar, jadi harus bekerja ekstra demi keluarganya. Dan berikut ini ada lima kisah anak-anak usia sekolah dasar yang sudah dikenal gigih bekerja untuk keluarganya.
Dimas, penjual kue basah
Di depan sebuah minimarket daerah Mojokerto, Jawa Timur masyarakat mungkin sudah tak asing lagi dengan sosok anak laki-laki bersepeda yang membawa sekeranjang kue basah. Anak bernama Dimas itu selalu menjajakan kuenya di tempat yang sama sepulang sekolah. Kue basah yang dia jual diberi harga sekitar Rp 3 ribu dan untuk satu hari biasanya siswa SD itu bisa membawa pulang uang sebesar Rp 60 ribu sampai Rp 100 ribu.
Siti, penjual makanan ringan
Bila Dimas menjajakan dagangannya setiap pulang sekolah, hal itu berbeda dengan Siti Faisah. Siti yang merupakan salah satu siswa SDN Cobbuk Desa Curah Tatal, Situbondo, Jawa Timur ini sehari-hari membawa dagangannya ke sekolah untuk dijual di kalangan kawan-kawannya. Siti memilih untuk berjualan makanan ringan yang memang disukai oleh teman-temannya.
Bintang, penjual molen
Bintang, seorang siswa SDN 07 Semanai, Kalimantan yang sehari-harinya menjajakan dagangannya di sepanjang perjalanan menuju sekolah. Anak ini harus menempuh perjalanan sejauh 7 km setiap harinya agar bisa bersekolah. Dalam perjalanan itu Bintang memanfaatkan waktunya untuk menjual kue molen yang diberi harga Rp.1000.
Abil, penjual makanan ringan
Baru-baru ini pengguna instagram juga dihebohkan dengan gambar seorang anak usia SD mengenakan seragam pramuka yang tengah tertidur di dekat kardus berisi makanan ringan. Anak yang diketahui bernama Abil itu sehari-harinya berjualan di sekitar Unverstas Indrapasta PGRI (UNINDRA), Jakarta.
Roin, penjual siomay bakar
Bila empat anak di atas masih beruntung bisa melanjutkan sekolah, hal berbeda di alami Roin. Anak ini sehari-harinya memutuskan untuk berjualan siomay bakar lantaran keluarganya tidak memiliki cukup biaya untuk hidup sehari-hari. Roin terlahir di keluarga yang kurang mampu dan akhirnya dia harus berhenti bersekolah di kelas 4 SD.
“Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu.” Miris memang bila harus melihat fakta bahwa di sekitar kita ada banyak sekali anak-anak yang harusnya mendapatkan pengalaman masa kecil bersama teman-teman namun harus berjibaku dengan tanggung jawab lain. Sebenarnya hal ini juga memiliki sisi positif di mana anak-anak ini sudah bisa banyak belajar tentang hidup sejak dini. Semoga saja tidak semakin banyak anak yang harus mengalami hal ini di luar sana. Next
No comments :