Header Ads

Mengulik 5 Fakta Unik Soal Bahasa Korea yang Makin Populer





Dengan makin populernya virus Korean wave (tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia), bahasa Korea terasa makin familiar saja. Saat menonton drama Korea, film Korea, lagu Korea, dan semua acara Korea, secara tidak langsung kita jadi merasa lebih dekat dengan bahasa Korea. Hanya saja tak banyak yang tahu bahwa Bahasa Korea sendiri ini punya sejarah yang panjang.


Bahasa Korea merupakan bahasa resmi yang digunakan warga Korea Selatan dan Korea Utara. Pengaruh terbesar dalam bahasa Korea berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Bahasa Korea yang digunakan di Korea Utara dan Korea Selatan memiliki sejumlah perbedaan tapi tidak banyak. Bahasa Korea ini juga termasuk bahasa isolat. Apa artinya? Bahasa Isolat artinya bahasa yang tak memiliki kerabat dengan bahasa lain. Jadi bahasa Korea tak memiliki “keluarga bahasa” yang lain. Ada banyak fakta unik terkait bahasa Korea, lima di antaranya akan kita bahas di artikel ini.


1. Istilah Hangeul Ternyata Baru Dikenal pada Permulaan Abad ke-20


Kalau sudah sering menonton drama atau film Korea, pastinya tak asing dengan istilah Hangeul. Hangeul merupakan alfabet yang digunakan untuk menulis bahasa Korea. Uniknya dari bahasa Korea adalah bahasa ini memiliki catatan yang jelas akan siapa pencipta dan pembuat alfabetnya yang pertama kali. Alfabet Hangeul yang terdiri dari 24 huruf (14 huruf konsonan dan 10 huruf vokal) ini diciptakan oleh Raja Sejong yang Agung (1397-1450) pada tahun 1443 yaitu pada masa Dinasti Joseon.


Raja Sejong [Image Source]
Raja Sejong [Image Source]
Tapi ternyata istilah Hangeul baru dikenal ada permulaan abad ke-20. Sebelumnya, sebagian besar rakyat Korea menulis dengan aksara Tionghoa yang disebut Hanja. Cuma masalahnya karena bahasa tutur korea dan Tionghoa ini berlatar dari keluarga yang berbeda, bahasa Korea tak bisa diungkapkan dengan menggunakan bahasa Tionghoa dengan tepat. Perbedaan apa yang dimaksud? Jadi kalau dalam bahasa Tionghoa, kalimatnya ditandai dengan partikel. Bahasa Korea perlu menggunakan akhiran dalam maksud menambah atau memodifikasi suatu makna. Hingga akhirnya Raja Sejong melakukan upaya keras hingga berhasil menciptakan bentuk aksara Hunminjeongeum.


2. Sistem Honorifik Memberi Peranan Penting dalam Berkomunikasi


Bahasa Korea memiliki sistem honorifik yang sangat penting. Honorifik merupakan bentuk pernyataan yang sopan dan halus yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang diajak bicara atau yang sedang dibicarakan. Cara menyebut seseorang yang lebih tua atau dihormati akan berbeda dengan cara menyebut teman atau rekan sebaya.


Ada sistem honorifik dalam bahasa Korea [Image Source]
Ada sistem honorifik dalam bahasa Korea [Image Source]
Mirip dengan bahasa Jepang, sistem honorifik dalam bahasa Korea terbilang sangat kompleks. Penggunaan kata kerja dan kosakata bisa berbeda tergantung dengan orang yang terlibat atau diajak berkomunikasi. Dalam bahasa Korea ini, ada tiga tingkatan yang paling utama dalam kesopanan berbahasa. Tipe pertama yang berakhiran “nida” menunjukkan rasa hormat yang paling formal atau paling sopan. Tipe kedua yang berakhiran “a/o/yo” menunjukkan rasa sopan yang sedikit formal. Dan tipe ketiga tak memiliki akhiran, bisa digunakan dalam percakapan santai atau akrab dan informal.


3. Pola Kalimat Sederhananya S-O-P


Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal pola kalimat sederhana S-P-O (Subjek-Predikat-Objek). Misalnya, ibu menyuapi adik. “Ibu” sebagai subjek. “Menyuapi” sebagai predikat. Lalu “adik” sebagai objek. Dalam bahasa Korea, polanya bukan S-P-O melainkan S-O-P. Jadi untuk kalimat sebelumnya, jika dibahasakan menurut aturan bahasa Korea, maka akan menjadi Ibu adik menyuapi. Hal ini tentunya bisa cukup membingungkan bagi orang Indonesia yang ingin belajar bahasa Korea. Meski begitu, hal ini akan jadi tantangan tersendiri.


Pola kalimat sederhana bahasa korea adalah SOP [Image Source]
Pola kalimat sederhana bahasa korea adalah SOP [Image Source]
Di Korea, dalam percakapan kadang subjek dan objek tak disebutkan asalkan konteksnya sudah jelas. Dalam sebagian besar kasus, kata kerja lah yang memegang peranan paling penting. Tata bahasa Korea sangat berbeda dengan tata bahasa Mandarin. Meski begitu karena ikatan sejarah antara bangsa Tiongkok dan Korea, sekitar 60 persen kosakata Korea berasal dari bahasa Mandarin. Lalu 35 persennya murni bahasa Korea dan 5 persen lainnya berasal dari bahasa lainnya.


4. Jepang Pernah Melarang Penggunaan Bahasa Korea di Sekolah-Sekolah


Selama Dinasti Joseon, Raja Sejong memerintahkan sekelompok cendekiawan. Salah satu tugasnya adalah untuk menciptakan alfabet sebagai cikal bakal bahasa Korea. Proyek tersebut selesai sekitar tahun 1443 dan 1444. Tujuannya adalah untuk menyukseskan melek aksara. Namun, penggunaan Hangeul sempat tak diterima oleh kelompok elit sastra Korea selama berabad-abad kemudian. Pada abad ke-16 dan ke-17, Hangeul kemudian mulai digunakan di dunia sastra.


Bahasa Korea dulu sempat dilarang penggunaannya [Image Source]
Bahasa Korea dulu sempat dilarang penggunaannya [Image Source]
Dalam kurun waktu 1910 hingga 1945, Korea Selatan dijajah Jepang. Dalam masa penjajahan tersebut, Jepang memerintahkan anak-anak Korea untuk masuk ke sekolah negeri. Hangeul kemudian diajarkan secara resmi untuk pertama kalinya. Hanya saja kemudian pada tahun 1938, Jepang melarang bahasa Korea untuk digunakan di sekolah-sekolah. Berbagai macam bentuk publikasi pun tak boleh memakai bahasa Korea. Barulah setelah Perang Dunia II selesai, Hangeul diadopsi sebagai alfabet Korea resmi.


5. Ada Hari Hangeul yang Diperingati Setiap Tahunnya


Hari Hangeul atau Hari Alfabet Korea merupakan hari yang penting. Hari ini peringatan nasional bagi warga Korea. Di Korea Utara, diperingati setiap tanggal 15 Januari. Sementara di Korea Selatan, hari ini diperingati setiap tanggal 9 Oktober. Penetapan tanggal peringatan di Korea Selatan sebelumnya sempat berubah-ubah.


Ada hari Hangeul di Korea [Image Source]
Ada hari Hangeul di Korea [Image Source]
Tahun 1931, hari peringatan tersebut jatuh pada tanggal 29 Oktober sesuai dengan kalender Gregorian. Namun, tiga tahun kemudian, hari peringatan diubah jadi tanggal 28 Oktober dengan maksud menyesuaikan dengan tanggal yang sama dengan kalender Julian. Lalu pada tahun 1940, berdasarkan salinan asli Hunmin Jeongeum Haerye, diperoleh informasi bahwa Hunmin Jeongeum itu diumumkan selama 10 hari pertama pada bulan kesembilan. Setelah ditelusuri lagi, hari kesepuluh bulan kesembilan dari 1.466 kalender lunar itu ternyata bisa dibilang sama dengan tanggal 9 Oktober sesuai dengan kalender Julian.


Bagi para penggemar serial Korea mungkin ada baiknya mempelajari bahasa ini. Kan enak tuh tak perlu lihat subtitle sudah tahu artinya. Oh iya, soal Hangeul, bahasa ini juga dipakai di salah satu tempat di Indonesia lho. Di daerah yang didiami suku bernama Cia-Cia tersebut, murid-muridnya begitu terlatih menggunakan bahasa asli Korea itu. Hmm, unik ya.



No comments :

Powered by Blogger.