Vlad Tepes, Sosok Dracula Dunia Nyata yang Sadis dan ‘Haus Darah’
Mendengar sosok Dracula imajinasi kita mungkin akan langsung terbayang si monster haus darah dengan jubahnya yang khas itu. Ya, sosok satu ini memang harus diakui sungguh seram. Apalagi dalam filmnya ia digambarkan begitu suram. Tentang Dracula, kita mungkin menganggap tokoh ini hanyalah fiktif. Padahal ternyata ia benar-benar ada di dunia nyata.
Sosok Dracula dunia nyata ini bernama Vlad III, Pangeran Wallachia atau yang lebih sering dikenal dengan nama Vlad Tepes. Ya, dia adalah seorang pangeran. Tepatnya lagi dia adalah pangeran Wallachia yang berkuasa pada tahun 1448, juga pada periode tahun 1456-1462 dan tahun 1476. Selain dikenal akan perlawanannya terhadap ekspansi Kesultanan Utsmaniyah, ia juga kondang sebagai sosok yang berani memberlakukan hukuman kejam pada musuh-musuhnya. Banyak sekali kekejaman yang pernah ia lakukan, seperti membakar pelajar Turki di Wallachia sampai menyula 30 ribu pedagang Turki. Benar-benar luar biasa kejam. Selengkapnya, langsung saja kita ikuti infonya di sini.
Memiliki Nama Belakang “Drakulya”
Putra dari Vlad II Dracul ini memiliki nama belakang Drakulya. Artinya adalah anak sang naga. Ini karena sang ayah bergabung dengan Ordo Naga. Selain itu Dracul yang berasal dari bahasa Latin “Draco” juga berarti naga. Draco sendiri berasal dari bahasa Yunani “Dracon” dan dalam bahasa Rumania artinya iblis.
Semasa kecil, Vlad dan adiknya, Ragu, diasuh oleh ibu dan istri dari ayahnya yang lain. Vlad kecil juga dididik oleh guru-guru Roman atau Yunani dari Konstantinopel. Diyakini, Vlad juga belajar soal keahlian bertempur, geografi, matematika, sains, seni klasik, dan sejumlah bahasa. Saat berusia 13 tahun, Vlad dan Radu diserahkan ke Ottoman. Di sana ia dididik banyak hal tapi Vlad sama sekali tak menyukai dirinya berada di tangan Turki. Sementara Radu bisa bersahabat dengan anak Sultan Murad II, Mehmed II. Vlad ketika itu dikenal berperilaku kasar. Sampai-sampai dirinya pun dipenjara dan dikenai hukuman cambuk serta dipukul.
Dikenal sebagai Pangeran Penyula
Vlad sangat membenci Ottoman. Terlebih ia juga membenci ayahnya yang menurutnya sudah begitu tega menukar dirinya dengan kesultanan Ottoman. Kerajaan Hungaria pun tak dipercayainya. Sumpahnya pada Ordo Naga dilanggar dan ia berani melawan kesultanan Ottoman. Ketika menjadi seorang penguasa, Vlad memiliki metode hukuman yang begitu keji. Bahkan ia mendapat julukan sebagai Pangeran Penyula. Tak lain karena ia memberlakukan metode pembunuhan menyula, yaitu dengan cara menusukkan tiang pancang yang ukurannya kira-kira sebesar lengan orang dewasa ke bagian dubur sang korban, kemudian tiang pancang tersebut diberdirikan. Tak terbayangkan betapa kejam dan ngerinya metode tersebut. Para korban jelas tewas dengan cara yang begitu menyakitkan.
Korban pertama yang disula adalah para bangsawan di Wallachia. Para bangsawan itu tak lain dulunya adalah penguasa Wallachia. Tak hanya para bangsawan saja yang disula tapi juga beserta keluarganya. Bangsawan yang lolos dari lubang jarum segera saja melarikan diri, ada juga yang kemudian memilih untuk bungkam. Setelah semua bangsawan dan keluarga tersebut beres dan selesai dibunuh, Vlad kemudian membagikan tanah para bangsawan kepada para petani kecil yang sudah membuktikan kesetiaannya. Kabarnya juga Vlad telah menyulai 30 ribu pedagang Turki.
Vlad Tepes yang berarti Vlad Sang Penyula menjadi nama yang begitu ditakuti. Aturan di Wallachia kemudian makin ketat. Para pelaku kejahatan akan diberi hukuman yang berat. Hasilnya? Wallachia menjadi kota yang aman. Pastinya para pelaku kejahatan harus berpikir ulang untuk melancarkan aksinya mengingat hukumannya yang begitu mengerikan.
Sosok Tirani Berdarah Dingin Tapi Juga Dikenal sebagai Pahlawan Nasional
Kekejaman Vlad memang sangat mengerikan. Dikabarkan ia telah menyula sedikitnya 500 orang pedagang Jerman dalam suatu penyerangan di Transylvania. Sosoknya pun dikenal sebagai tirani berdarah dingin oleh Jerman dan Eropa Barat. Kesultanan Utsmaniyah juga sangat membenci Vlad. Kebencian tersebut jelas bukan tanpa alasan. Vlad pernah membantai prajurit Kesultanan Utsmaniyah di Tirgoviste juga membakar pemuda pelajar Turki di Wallachia. Tak sampai di situ saja, ia juga pernah memaku kepala utusan Kesultanan Utsmaniyah yang lupa melepas topi.
Meski Vlad dikenal sebagai sosok yang kejam dan berdarah dingin, di Rumania ia dikenal sebagai pahlawan nasional. Wah, kok bisa berbeda 180 derajat begitu, ya? Rupanya Vlad juga dianggap berjasa telah menjaga Wallachia dari serangan musuh Kesultanan Utsmaniyah. Di balik hukuman dan pembunuhan yang ia lakukan terhadap para bangsawan, ia dianggap berjasa berhasil membuat negara stabil.
Sang Vampir Bukan Penghisap Darah
Sosok Vlad Tepes sangat identik dengan karya sastra vampir yang berjudul Dracula karya Bram Stoker. Bram Stoker sendiri disebutkan tak tahu soal kekejaman Vlad semasa hidup. Menurut Professor Elizabeth Miller dari Universitas Newfoundland di Kanada, Bram Stoker menemukan nama Dracula dari buku William Wilkerson berjudul An Account of the Principalities of Wallachia and Moldavia yang dipinjam dari Perpustakaan Whitby di Inggris Utara.
Jika dalam karya fiksi, sosok Dracula yang terinspirasi dari Vlad digambarkan sebagai peminum dan penghisap darah, pada kenyataannya Vlad bukanlah penghisap darah. Musuh bebuyutannya, Kesultanan Utsmaniyah juga tak pernah menyebut Vlad sebagai peminum darah. Hanya saja, disebutkan bahwa Vlad mengidap penyakit Porfiria (sekelompok penyakit yang disebabkan oleh kekurangan enzim-enzim yang terlibat dalam sintesa heme). Itulah alasan kenapa Vlad selalu menghindari baik dari sinar Ultraviolet maupun sinar matahari. Dia juga punya kelainan pada kulitnya yang pucat.
Kematian Vlad sendiri menimbulkan banyak simpang siur. Ada yang menyebutkan ia tewas dibunuh prajuritnya sendiri. Juga ada desas-desus yang menyebutkan Vlad tewas karena dibunuh seorang prajurit Turki Utsmaniyah yang menyamar sebagai pelayan. Bahkan ada yang menyebutkan Vlad dibunuh dengan cara kepalanya dipenggal lalu dibawa ke Konstantinopel untuk dijadikan bukti, lalu dibuang ke sungai.
No comments :